Artikel Terpopuler

Cerpen

Sunday, December 4, 2011

K.H. MAIMOEN ZUBAIR


Seperti Fathul Mu'in …Lubbbul Ushul Karangan Imam Zakaria Al-Anshori, Kitab Mugni Labib karangan Imam Ibnu Hisyam, dan selainnya. seperti halnya pada hari-hari libur lebih-lebih pada bulan Ramadhan beliau membaca kitab-kitab Hadits, seperti kitab Hadits Shohihain, Kitab Al-Muhtasor, kitab Riyadlus Sholihin dan kitab Al-Adzar dan fiqih, seperti kitab MUhaddab, kitab Al-Bugya, kitab Al IQna', dan kitab Kifayatul Ahyar dan kadang-kadang beliau membaca kitab MUrohul Lubaid dalam interpretasi Al-Qur'an Madjid karangan KH. Nawawi Banten yang bermuqim di Makkah.
Dan setiap hari ahad  beliau selalu mengadakan majlis ta'lim kabir untuk semua lapisan masyarakat yang cinta pada para ulama' dari warga Rembang dan sekitarnya. dan dalam majlis tersebut dihadiri lebih dari700 dari muslim dan muslimat.
Pesantren dan anak didiknya.
Dalam pondok pesantrennya telah terdidik santri-santri yang meminginkan suatu pembelajaran ilmu-ilmu agama yang murni dan tidak di maksudkan kecuali untuk memperoleh derajad akhirat  dan tidak di istifadah darinya kecuali untuk kmemperoleh derajad keimanan dan tidak dihasilkan darinya pangkat-pangkat keduniaan, kecuali anugrah yang diberikan Allah bagi sebagian hamba-hambanya yang bisa mengabulkan kebaikan dunya wal ahirat.
Dan dari didikannya keluar banyak alim ulama' yang mulia. mengasuh beberapa pondok pesantren, dan sekolah-sekolah agama yang masih menggunakan metode Salafiyyah yang kebanyakan dari mereka adalah santri-santri Syeh Zubair. Karena Syaikhina Maimoen Zubair adalah pengajar dari santri-santri ayahandanya pada waktu masih hidup dan setelah wafatnya kami sebutkan nama sebagian dari mereka, yaitu:
1.              Syeh Hamid Baidlowi pengasuh ponpes Al-Wahdah Lasem Rembang.
2.              K. Imam Yahya bin Mahrus Ali, yang termasuk dari Masyayeh ponpes LIrboyo Kediri.
3.              Syeh KH. Nashiruddin pengasuh pondok dan majlis ta'lim  DarutTauhid Al-Alawiyyah Sendang Senori Tuban
4.              Syeh. K. Khumaidi pengasuh ponpes As-Syiddiqiyyah Narukan Rembang.
5.              Syeh K. Nur HIsyam pengasuh ponpes Zainul Arifin Sedang Rembang.
6.              Syeh Mabruk bin Sidiq pengasuh ponpes Darut Tauhid Al-Alawi Sendang Senori Tuban.
7.              K. Azkari pengasuh ponpes Syarifuddin, Aring Pasuruan.
8.              KH. Agus Ahmad Ja'far bin Muhammad Busri pengasuh pondok pesantren dan majlis Ta'lim di Bulungan Pasuruan.
9.              K. Abu Amir pengasuh pondok pesantren di Lekupit BUlu Sari Pasuruan.
10.          K. Ja'far bin Aqil pengasuh pondok pesantren Kempek Cirebon.
11.          K. Sadid Jauhari pengasuh pondok pesantren Assuniyyah Kencong Jember.
12.          K. Imam Syuyuthi pengasuh pondok pesantren Ibrohimiyyah 
13.          K. Syuyuthi pengasuh pondok pesantren ansya'ul Huda dan menantunya Ustadz Ibnu Shodiq di Tegal Dilumo Banyu Wangi
14.          Syeh Izzuddin dan
15.          Kiai Nasiruddin dari masyayeh Buntet Cirebon
16.          Kiai Syukron pengasuh pondok pesantren Ketanggi Pasuruan
17.          Al ustadz Kiai nashir bin Badrussoleh pengasuh pondok pesantren al hikmah Purwoasri Kediri
18.          Al ustadz Agus nashir Bin Abdul Fatah salah satu dari masyayeh pengasuh pondok pesantren Bahrul ulum Tambak Beras Jombang
19.          Syeh Abdul Wahid Zuhdi salah satu dari Masyayeh Bandung Sari Porwodadi.dan salah satu dari pimpinan Ormas NU di Wilayah Jawa Tengah.
20.          Kiai Anwar bin maksum bin Siroj pengasuh pondok pesantren Al anwariah Cirbon
21.          Kiai M. Fatih ibnu Muhklis pengasuh pondok pesantren Matlaul Anwar Cirbon.
22.          Ustadz Ismail ibnu Zainuddin termasuk dari Masyayeh pengasuh pondok pesantren Di Tempel Sari Wonosobo
23.          K. Abdurrohman pengasuh pondok pesantren Usmaniah Buinong Pekalongan
24.          K. Abdul Adzim pengasuh pondok pesantren Al kholili di kepang Madura
25.          K. Faruq Zain pengasuh pondok pesantren Al-Kaukabus Satik  Karas Sedan Rembang
26.          K. Ansori pengasuh pondok pesantren Sirojul MUhlisin Payaman Magelang
27.          K. Ahmad Khafidi pengajar di Sumenep Madura
28.          K. Hammadullah bin K. Dimyati pengasuh pondok pesantren Nahdhotul Tullab Seruno Banyu Wangi
29.          Ustadz Abdul Hamzah bin Juwaini pengasuh pondok pesantren  Tretek   Kediri
30.          K. Maimoen Nur bin K. Nuruddin pengasuh pondok pesantren Tsamrotul Roudhoh Banyu Wangi
31.          K. Syafi' MIsbah pengasuh pondok pesantren al-Hidayah Ketigan Sidoharjo
32.          Ustadz Agus Hamzah bin K. Muhammad Hasan pengasuh pondok pesantren ambihul Ghofilin Mantri Anom Banjar Negara
33.          K. Muhammad Husni bin Sa'id pengasuh pondok pesantren Majlisut Ta'lim dan Da'wah At-Tauhidiyyah Giren Tegal
34.          K. Mustofa Aqil salah satu Muballig di Cirebon
35.          KH. Zuhrul Anam bin Hisyam salah satu pengajar di ponpe At-Taujih Al-Islami dileler Banyu Mas.
Dua yang terakhir telah menjadi menantu beliau masih banyak lagi dari telah disebut diatas dan semoga Allah memberikan Anugrah dan kemulyaan kepada beliau (mutakhorijjin) denan berinteraksi dengan kuat dengan Sayyid dan ahli hadits tanah Haram Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani. karena putra-putra beliau adalah alumni dari didikan imam yang agung ini, pertama yang paling tua adalah KH. Abdullah Ubab kemudian penulis (KH. Najih Maimoen) kemudian KH. Madjid Kamil kemudian saudara mereka H. Abdul-Rouf yang masih mukim ditanah Makkah yang mulia.
Beliau syaihina dan santri santrinya selalu membaca bacaan yasin fadhilah dengan doa doanya yang telah disusun oleh guru saya {penulis} yaitu al imam sayid Muhammad almaliki setelah solat maghrib dan subuh pada malam jumat dan selasa      Pada setiap bulan rabiul awal ,pesantren beliau mengadakan peringatan maulidurrosul dan hari
Kemudian beliau ke kampung halamannya yaitu  Sarang, dan tepatnya pada hari Asyura’ tahun 1364 H, beliau bersama ayahanda tercinta KH. Zubeir Dahlan, KH. Abdullah bin Abdurrahman menantu KH. Syu’aib, KH. Musa bin Nur Hadi (Alm), al-Ustadz Haramain Ma’shum (Alm), KH. Ali Masyfu’ bin Fathurahman, KH. Abdul Wahab bin Husein dan Kyai-kyai lain, mendirikan madrasah diniyyah yang biasa kita sebut MGS yang ada sekarang yang terletak di barat daya pondok KH. Achmad bin Syu’aib yang bermaterikan Kutubussalaf seperti disebutkan diatas, dengan menggunakan metode salaf yang berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip Ahlussunah Wal Jama’ah. Allah SWT berfirman: ”Sesungguhnya Masjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba’) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersenbahyang didalamnya” (Q.S At-Taubah; 108) Firman Allah: “Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya, adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi, demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan” (Q.S Ar-Ra’d; 17). Semoga Allah mengasihi mereka para masyayikh Sarang, serta memberi kekuatan bagi generasi sesudahnya agar bisa mengikuti jejak-jejak mereka dan bisa melestarikan apa-apa yang telah mereka lakukan berkat keagungan Nabi Muhammad serta para shahabatnya.
            Selain itu beliau turut andil dalam kemerdekaan negeri pertiwi dari imperealis belanda, pada tahun 1950 M beliau pergi ketanah suci bersama KH. Ahmad bin Syu’aib  serta para rombongan yang terdiri dari para putra-putranya  dengan segala kebutuhan yang telah tercukupi dan disana beliau mukim bersama KH. Abdurrahim Ahmad untuk menuntut ilmu dan mengaji pada ulama’ yang ada pada waktu itu yang menjadi pelita zaman.
أولئك آبائي فجئني بمثلهم
* إذا جمعتنا يا جرير المجامع
بيض الوجوه كريمة أحسابهم
* شم الأنوف من الطراز الأول
“Mereka adalah leluhurku, seperti merekalah orang-orang yang kurindukan, jika engkau sudi akan adanya ikatan kekeluargaan pada kami wahai Jarir, mereka beraut wajah menarik, berdarah bangsawan, berhidung mancung, dari keragaman orang-orang yang telah lalu”
          Selama di Makkah beliau pernah belajar kepada Imam al-Muhaddits Sayyid Alawy al-Maliky di Masjidil Haram, ada beberapa kitab yang beliau ngaji kepadanya, diantaranya yaitu kitab Taqrirat li al-Mandlumat al-Baiquniyyah yang merupakan karya beliau dalam fan mushtholah hadits mulai dari awal hingga akhir, demikian juga Syarh Ibnu Aqil ala Alfiyyah dan darinya beliau mendapatkan catatan-catatan penting fan mushtholah hadits, dan pernah pula mengaji pada Asyeikh al-Muhaddits Hasan al-Massat, kepadanya beliau ngaji kitab nadlom Tholiat al-Anwar serta Syarh nya yang merupakan karyanya.
            Beliau juga pernah menghadiri pengajian kitab Riyadlus Sholihin yang di asuh oleh Al-Allamah sayid Muhammad Amin Kutby, juga pernah menghadiri pengajian Waraqat serta syarhnya karya Jalaluddin al-Mahally yang diasuh oleh Syeikh Abdul Qadir al-Mandily, juga pernah menghadiri pengajian kitab Sunan Abi Daud as-Sijistany dari awal sampai akhir asuhan Al-Allamah Syeikh Yasin bin Isa al-Fadany, selain memperdalam ilmu agama beliau juga belajar wawasan keilmuan dan tatanan ilmu politik pada rekan-rekannya, lebih-lebih pada KH. Imron Rosyadi dan juga pernah menjadi siswa di Madrasah Darul Ulum. Disitu beliau dapat bertemu dengan para Masyayikh dan para guru. Semoga kita mendapat limpahan barokah dengan menyebut nama-nama agung seperti mereka, berkat keagungan Nabi Muhammad SAW.
Kegiatan dalam pendidikan dan pengajaran
            Setelah mukim di Makkah dua tahun, beliau langsung pulang ketempat asalnya dengan bekal ilmu yang beliau dapat serta limpahan cahaya Muhammad, tidak lama kemudian beliau menjabat sebagai ketua dewan pengajar dan pendidikan di Madrasah Ghozaliyah dan aktif sebagai pengajar baik di madrasah maupun di pondok. Ditengah-tengah aktifitas yang begitu padat itu, beliau masih bisa meluangkan waktunya untuk belajar pada ayahanda tercinta KH. Zubair dan langsung mendapat pengawasan langsung darinya.
            Benih-benih kepemimpinannya begitu kuat mengakar pada dada seorang maemon muda, ternyata ilmu yang selama ini didapat tidak membuat puas diri, ini dibuktikan pada perhatian beliau yang begitu besar terhadap para ulama’ dan tokoh masyarakat pada waktu itu. Dintaranya adalah KH. Baidlowi bin KH. Abdul Aziz yang kemudian menjadi mertua, KH. Ma’shum Lasem, KH. Bisri Mushthofa, KH. Abdul Wahab bin Hasbullah serta putranya yang bernama KH. Wahib Wahab yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada zaman Orde lama, KH. Bisri Sansuri, Al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bafaqih Malang, Al-Habib Ali bin Ahmad Al-Athos Pekalongan, KH. Thohir pendiri Yayasan At-Thohhiriyyah Jakarta, KH. Ali bin Ma’shum Jogjakarta, KH. Abdul Hamid Pasuruan, KH. Muslih bin Abdurrahman Mranggen Demak, KH. Abbas Buntet Cirebon, KH. Khudlori Magelang, KH. Asnawi Kudus, KH. Ihsan Jampes Kediri, Al-Allamah KH. Abul Fadlol Senori Tuban, serta saudaranya KH. Abul Khoir yang merupakan putra KH. Abdusy Syakur dan Ulama-ulama’ lain. Semoga kita mendapatkan limpahan barokah dari mereka.
            Pada tahun 1964 M/ 1386 H atas restu KH. Zubair beliau mendirikan Musholla untuk tempat mengajar para santri yang mukim di Sarang pada waktu itu, kemudian pada tahun 1967 M/ 1388 H beliau membuat asrama yang bersebelahan dengan Musholla untuk menampung para santri yang mau menetap, ini merupakan cikal bakal pondok Al-Anwar yang ada sekarang. Kemudian pada tahun 1973 M mulai berdatanganlah para santri dari belahan nusantara untuk menuntut ilmu di pondok yang bernama Al-Anwar, sedangkan nama Al-Anwar diambil dari nama ayah beliau sebelum mukim di Makkah, sehingga waktu itu jumlah santri mencapai seratus orang dan jumlah it uterus bertambah sampai sekarang mencapai 1700 santri putra dan 500 santri putri.
            Disamping itu beliau juga menjadi Ketua Dewan Pengurus di Madrasah Ghozaliyyah Syafi’iyyah yang siswanya mencapai 2600 siswa. Beliau sangat gigih dalam mengumandangkan da’wah dan sering memberi ceramah agama pada acara-acara tahunan, seperti Peringatan Maulid  Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj dan Nuzulul Qur’an pada bulan Ramadlan, Acara Halal Bi Halal bulan Syawal, acara Awal Tahun Baru Hijriyyah dan acara peringatan keagamaan lainnyayang merupakan sarang untuk mendengarkan Mauidloh para ulama’ dan pengemban misi da’wah dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. Perjalanan yang sangat melelahkan ternyata bukanlah hambatan yang berarti, bagi beliau untuk mengisi pengajian seperti biasanya. Maha suci Allah yang telah memberikan kekuatan kepada para hambanya.
            Sekitar pada tahun 1984 M beliau mendirikan Madrasah Diniyyah yang kemudian bernama Muhadloroh untuk menampung para santri yang tidak sekolah di MGS, baik karena alasan biaya ataupun yang lainnya, dan sekarang siswanya mencapai 700an, kemudian beliau juga mendirikan Madrasah bagi santri putri dan jumlahnya mencapai 350 anak.
Kegiatan kemasyarakatan dan jabatan politik
            Ada beberapa jabatan penting yang beliau emban, sebagai Ketua Umum Madrasah Ghozaliyyah Syafi'iyyah sejak berdirinya tahun 1944 M sampai sekarang, sebagai Nadlir Masjid Jami’ Sarang yang terletak di sebelah barat dari kecamatan Sarang dengan letak arah kiblat yang dihasilkan oleh KH. Zubair, Ketua Lembaga Koperasi bagi para nelayan yang berada di wilayah Sarang selama delapan tahun, mulai tahun 1967-1975 M, menjadi anggota Majelis Perwakilan setempat cabang Kabupaten Rembang 1971-1978 M, menjadi anggota Majelis Pertimbangan Rakyat Indonesia mulai tahun 1987-1999 M.
            Jabatan penting lainnya yaitu sebagai ketua Syari’ah NU wilayah jateng, beberapa tahun kemudian menjadi ketua Syari’ah pusat tahun 1985-1990. juga pernah menjabat sebagai ketua Thoriqoh yang bernaung dibawah organisasi NU pusat mulai mu’tamar yang diselaenggarakan di pondoknya KH. Muslih Mranggen (Demak) sampai mu’tamar di Pekalongan pada bulan maret 2000 M  sesudah habisnya. Sesudah habisnya masa jabatannya tersebut beliau melakukan baiat langsung dari Assyeh DR. Dliya’uddin bin Najmuddin bin Syeh Muhammad Amin Al-Qurdi.
            Semenjak tahun 1995 beliau menjabat sebagai ketua majlis pertimbangan pusat partai persatuan pembangunan, dan sekarang menjadi ketua Mjlis Syari’at. Ini membuktikan betapa besarnya perhatian beliau terhadap urusan kemasyarakatan  dan kepentingan bagi umat Islam sebagai mana dalam Hadits “ Sebaik-baiknya manusia adalah paling berguna pada yang lainnya bagi siapa yang tidak merasa berkepentingan terhadap urusan umat Islam maka bukanlah termasuk  dari golonganku” HR Baihaqi dari Anas Bin Malik dengan di Marfu’kan, Khasful Khofa Juz 2 hal. 368 dan hadits “ seorang mu’min bagi yang lainnya bagaikan bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya” dan Hadits Bukhori Muslim, yang berbunyi “ Perumpamaan orang-orang mu’min dalam kasih mengasihi dan saling menaruh simpatik satu sama lainnya bagaikan anggota tubuh, jika ada yang sakit maka mengaduhlah yang lainnya dengan suara pilu atau tidak bisa tidur dan demam” Nabi Yusuf berkata pada raja Mesir “Jadikanlah aku bendaharawan Negara (mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengatahuan (QS. YUsuf 55).
Pengajian dan kegiatan sehari-hari.
             Kegiatan beliau dipondok yaitu mengisi pengajian kutubus Salaf  seperti Fathul Wahab, Sarah Mahalli ‘ala Al-Minhaj, Jamul jawami’Ihya’ ulum Al-din, Uqudul Al-Juman, Asbah wa Nadoir lil Imam As-Syuyuti, Syarah Ibnu Aqil.
Beliau KH Maimoen Zubair setiap bulan Robiul Awwal selalu mengadakan HAFLAH untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan hari jadi Pondok pesantren AL-ANWAR. dimana pada saat itu seluruh santri berkumpul menjadi satu untuk mendengarkan petunjuk-petunjuk , mauidzoh-mauidzoh dari para masyayeh dengan para muballig. dan sebelum acara tersebut biasanya diadakan perlombaan-perlombaan baik rohani (keilmuan) ataupun jasmani (olah raga), dan juga mengadakan forum Bahsul Masail untuk membahas masalah-masalah yang terjadi, yang mana delegasi-delegasi dari pondok-pondok Jawa tengah dan Jawa timur berkumpul dengan dibimbing sebagian Masyayeh yang notabene keluaran dari pondok Sarang
            Dari hasil-hasil keputusan Bahsul Masail tersebut dicetak  dalam beberapa buku dengan memakai bahasa Indonesia dengan tujuan bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat kaum muslimin yang memuat 500 masalah. Cetakan pertama diberi nama “THOLI’ATUL AHKAM”, dan cetakan kedua diberi nama “THOWALI’UL AHKAM”.
            Jumlah santri pondok pesantren Al-Anwar sampai saat ini mencapai  2200 lebih santri, baik putra maupun putri. Para pengajar diambilkan dari para Mutakhorijin pondok Al-Anwar sendiri. Diantaranya Ust. Abdullah Ubab Maimoen putra sulung dari KH. Maimoen Zubair, Ust. Muhammad Najih Maimoen penulis terjemah ini, Ust. Aufal Marom, Ust. Majid Kamil  Mimoen, yang kesemuanya adalah lulusan pondok Makkah Al-Mukarromah yang diasuh oleh Al-Muhaddist Al-Musnid As-Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliky. oleh karena itu pasang surut pondok Al-Anwar terpengaruh sekali oleh sosok Sayyid Muhammad Alawy. begitu juga dengan abahnya yaitu Sayyid Alwy bin Abbas yang mana KH. Maimoen Zubair pernah nyantri pada beliau di Masjidil Harom. Banyak sekali bantuan-bantuan dari beliau Sayyid Muhammad baik berupa materiil maupu sepirituil, lebih-lebih dalam kurun sepuluh  tahun ini. penulis sendiri pernah nyantri pada beliau dan banyak sekali saran-saran yang membangun dari beliau untuk kemajuan pondok Al-Anwar, bahkan berkat barokah dari beliau semua kemajuan tersebut bisa tercapai.
            Termasuk pengajar di Pondok pesantren Al-Anwar adalah Ust. Muhammad Alim yang pernah study banding di Dauroh At-Ta’hiliyah lil Aimmah wal Khutaba’ di Damaskus Syria pada tahun 1998 M.
Wasiat-wasiat KH. Maimoen Zubair
            Diantara pesan-pesan beliau kepada putra-putranya, dan juga santri-santrinya adalah agar tekun mencari Ilmu-ilmu syar’i, dan selalu membelanya, dan selalu menjaganya karena disamping ilmu syara’ adalah sebagai ciri khas keilmuan dipondok dan Madrasah Sarang. Ilmu Syara’ juga sebagai satu-satunya jalan untuk Futuh dan Wusul kepada Allah serta Ma’rifat kepada Allah sehingga mendapat ridlonya. Beliau juga berpesan supaya kita punya dua baju (baca: dua sikap) yang kedua-duanya adalah abstrak. Yang pertama kita harus punya baju ad-Distar, maksudnya kita bersikap elastis serta dinamis dalam mempergauli masyarakat disamping kita ingkar fi-qolbi dengan segala kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan mereka. Yang kedua: kita harus punya baju As-Syiar, maksudnya dalam diri kita dan keluarga kita harus kita  tanamkan riyadoh dan pemberatan  dalam menjalankan Syari’at. kita tidak mengambil hukum-hukum rukhsoh (keringanan), dan kita harus menjauhi keharaman, kemakruhan, bid’ah-bid’ah, yang sudah merata dan mendominasi di masyarakat kita. Lahaula wala Quwwata illa Billah. dan beliau juga berwasiat kepada santri-santrinya supaya tidak melakukan ma’siat karena maksiat tersebut menjadi sebab kita sering lupa yang merupakan momok besar bagi seorang santri. Santri juga harus selalu ingat pada ucapan Imam Syafi’i ra:
            Beliau KH. Maimoen Zubair juga berpesan supaya kita memegang teguh Aqidah Ahlussunah wal Jama’ah; dalam arti kita harus menjunjung tinggi memuliakan dan mengagungkan kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang Nabi, juga mengagungkan Sahabat Nabi sebagai golongan yang selalu menyertai Nabi dan menolong beliau, juga mengagungkan ulama’ sebagai murid-murid para sahabat, serta mengagungkan para Ahlul BaitNya Nabi Muhammad SAW dan seluruh keturunannya yang mana mereka adalah para muballig-muballig Islam yang menyebarkan Islam keseluruh penjuru dunia. beliau juga berpesan supaya kita selalu ridho dengan ketentuan-ketentuan Allah, baik berupa kenikmatan atau bala’ dan kita harus selalu mempunyai persangkaan yang baik kapada Allah, dan kita harus mengembalikan kesalahan kesalahan kita  pada diri kita sendiri tidak kepada Allah.
            Beliau KH Maimun Zubair berkata :  modal dasar terciptanya  keharmonisan dalam pribadi seseorang dalam organisasi  berbangsa dan bernegara adalah selalu mendirikan, sholat jum’at  dan jama’ah-jama’ah di masjid dan mushollah, karena sholat adalah tiang agama, barang siapa mendirikan sholat maka berarti ia menjaga semua urusanya, sebaliknya apabila orang-orang itu meniggalkan sholat  maka dia juga tidak mengurusi urusan-urusanya yang lain . Firman Allah                                             
penulis juga  menambahkan termasuk modal dasar adalah zakat serta rukun Islam yang lain{Amar Makruf Nahi  Mungkar } yamg didasarkan pada pedoman  Ilmu Syara’, jihat fi sabilillah dan penegakan syari’at Islam. tapi jelasnya, sholat adalah subtansi sentral penegakan diri dari berbuat kejelekan sebagaimana dijelaskan didalam Al-Qur’an
            KH. Maimoen Zubair ra berkata: ilmu adalah lebih utamanya amal sebagaimana sering dikatakan ulama’ salaf beliau menafsiri firman Allah:        , dengan ilmu Syar’i yang mencakup aqidah, Syariat dan sosial sedangkan ilmu yang menjadi utama-utamanya amal adalah ilmu yang disertai rasa takut kepada Allah dan hal ini adalah hakikat dari taqwa yang disebut dalam hadist(). beliau juga berpesan supaya santri-santrinya selalu menetapi konskuensi dari firman Allah                   yaitu selalu bersatu dengan golongan orang-orang mu’minin dalam urusan aqidah, ibadah, muamalah, dan politik sebagaimana nabi bersabda dan berpesan supaya kita menetapi kosekwensi dari firman Allah
yaitu selalu bersatu didalam panji-panji golongan yang menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran serta mengajak untuk memyatukan persepsi dalam hal Syari’at Islam dan tidak ikhtilaf pada syari’at Islam dsb.
Sifat dan Akhlaq KH. Maimoen Zubair
            Termasuk akhlaq dan kebiasaan beliau yaitu: beliau selalu memuliakan tamunya sesuai dengan kemampuan beliau padahal tamu-tamu beliau sangat banyak dan sepanjang waktu dari semua lapisan masyarakat. termasuk sifat beliau adalah rendah diri, penyabar, lemah lembut, dermawan, sering berinfaq dalam pembangunan-pembangunan lebih-lebih pembangunan masjid dan musholla suka silaturrohim, bisa mempergauli orang-orang yang sesuai dengan pangkatnya, sangat tahu dengan sejarah Islam dan tanah air, sangat prihatin dengan urusan-urusan organisasi, tetangganya dan saudara-saudaranya.
Istri-Istri dan Putra-Putra Beliau
            Istri beliau yang pertama bernama Fatimah, putra dari KH. Baidlowi bin Abdul Azis Lasem yang semasa hidupnya selalu konsisten diJamiyah Toriqoh Al-Mu’tabaroh dan merupakan santri dari imam Muhammad Mahfudz Termas. dari perkawinan ini beliau dianugrahi tujuh putra. tapi yang empat meninggal pada waktu masih kecil. tiga putra yang masih hidup adalah KH. Abdullah Ubab, Penulis- KH. Najih, dan seorang putri bernama Sobihah yang ikut suaminya hidup di Cirebon, Beliau menikah kedua kalinya dengan Nyai Hj. Masti’ah putra dari K. Idris dari Cepu Blora. beliau dikaruniai  enam putra dan satu putri yaitu:KH. Majid Kamil,Ags.Abdul Ghofur, Ags. Abdul Rouf, Ags. Muhammad Wafi, Ags. Yasin, Ags. Idrus, Ng. Rodiatul Ghorro’ yang dinikahi oleh Ust. Zuhrul Anam putra dari K. Hisyam Banyu Mas. Sebelum Ng. Rodiatut Ghorro’ ini sebelumnya masih ada seorang putri tapi meninggal pada waktu krcil. istri beliau ini meninggal pada tahun 2002 M. kemudian beliau memperistri istri beliau yang pertama. sekian, semoga amal selalu menambah taufiq kepada KH. Maimoen Zubair untuk selalu melakukan amal kebajikan yang membawa manfaat bagi seluruh kaum muslimim, dan semoga Allah juga memberikan kekuatan kepada keluarga-keluarga beliau, santri-santri beliau untuk bisa mengikuti jejak-jejak beliau Amin ya Robbal Alamin.
                       
penulis:
Moh. Najih Maimoen
           

0 comments:

Post a Comment

Apa Yang Kamu Lihat Adalah Apa Yang Kamu Renungkan,Dan Hanya Orang Ganteng dan Cantik Yang Mau Baca Blog ini

 
Design by Wordpress Theme | Modified Template by Darmanto